Lewati navigasi

Monthly Archives: September 2008

Oleh:  Aleksandr Kitsis

Catur dipercaya dapat meningkatkan “otot mental.” Keuntungan akademik permainan ini juga semakin meluas.  Apalagi telah banyak studi membuktikan, catur menambah daya ingat, meningkatkan kemampuan spasial dan keahlian berhitung. Belum lagi peningkatan kemampuan pemecahan persoalan dan memperkokoh logika berpikir.

Karenanya, tak mengherankan jika banyak sekolah di seluruh dunia mulai mendorong pengembangan permainan catur guna peningkatan kemampuan akademik. Apalagi, para peneliti telah menemukan fakta: mempelajari catur secara sistematis meningkatkan kemampuan IQ dan nilai ujian siswa (Dullea 1982; Palm 1990; Ferguson 2000) seperti halnya memperkuat kemampuan matematis, skil bahasa, dan membaca (Margulies 1991; Liptrap 1998; Ferguson 2000).

Catur merupakan jalan menyenangkan untuk mengajar anak-anak bagaimana berpikir dan memecahkan persoalan-persoalan pelik. Dengan demikian tak mengherankan jika makin banyak sekolah di dunia mulai memasukkan catur ke dalam kurikulum standar.

Catur di Belahan Dunia
Sebuah penelitian Dr Albert Frank di Zaire tahun 1973-1974 menemukan anak-anak yang bermain catur memiliki kecerdasan spasial (ruang), numeric (angka), administrasi, dan kemampuan mengarang. Dr Robert memberi catatan bahwa “temuan ini menunjukkan kemampuan itu tak hanya berlaku secara individual, pada satu-dua orang saja, tapi umumnya pada mereka yang bermain catur.”

Temuan Dr Frank menunjukkan mempelajari catur dapat memperkuat kemampuan spasial dan numerik. Hal ini berlaku pada mayoritas pelajar dan –tak hanya pada pecatur kuat– yang mengambil kursus catur dua jam sepekan dalam tempo satu tahun. Penelitian lain pun memperlihatkan permainan catur dapat memperkuat ingatan seorang anak (Artise).

Sebuah penelitian tahun 1990-1992 di New Brunswick, Kanada, segera menunjukkan nilai-nilai permainan catur dapat mendorong kemampuan pemecahan masalah di antara anak-anak (Gaudreau, 1992). Menggunakan permainan catur di kelas 2 sampai kelas 7 sebagai bagian kurikulum matematika menunjukkan tingkat rata-rata pemecahaan persoalan siswa meningkat drastis dari 62% menjadi  81%.

Keuntungan Catur
Catur juga terbukti meningkatkan kemampuan umum nilai IQ siswa. Dengan menggunakan metode Wechsler Intelligence Scale untuk anak-anak, sebuah penelitian di Venezuela atas 4.000 siswa kelas 2 SD menemukan peningkatan signifikan pada nilai IQ siswa.

Peningkatan ini khususnya terjadi setelah mereka mempelajari catur secara sistematik selama 4,5 bulan. Hasil ini merupakan fakta umum. Walaupun secara sosial-ekonomis dan dari jenis kelamin, anak-anak itu berbeda.

Hasil ini mengejutkan pemerintah Venezuela. Akibatnya, sejak tahun 1988/1989, pemerintah memerintahkan seluruh sekolah di Venezuela mulai  memperkenalkan permainan catur.

Catur di AS
Di seluruh dunia, catur sejak lama sudah dipercaya mampu memperkokoh kemampuan intelektual. Namun baru sekarang Amerika Serikat (AS) mengakui kemampuan catur dalam peningkatan kemampuan kognitif, berpikir rasional, dan penalaran pada anak-anak.

Robert Ferguson dari Bradford, PA School District yang menguji sejumlah siswa kelas 7 sampai 9 (1979-1983), menemukan fakta, setelah menghabiskan 60-64 jam pelajaran catur selama 32 pekan, para siswa menunjukkan kemajuan berpikir kritis secara signifikan.

Penelitiannya menunjukkan hasil Tes Watson-Glaser Thinking Appraisal naik 17,3% pada anak-anak yang mengikuti kelas catur. Sementara peningkatan ini  hanya 4,6% bagi anak-anak yang mengikuti kelas “pengayaan” lain, termasuk kelas pemecahan masalah dengan komputer atau kelas menulis kreatif. Maka ia berani menyimpulkan catur meningkatkan kemampuan berpikir kritis bagi anak-anak dibanding metode kelas pengayaan lainnya.

Sejak program Dr Ferguson berjalan sejak September 1987 hingga Mei 1988 seluruh siswa kelas 6 di daerah pedesaan Pennysylvania memutuskan mengambil kelas catur. Sebab, hasilnya benar-benar nyata. Peningkatan hasil ujian siswa untuk kemampuan menalar dan mengingat, terbukti terus naik. (Bersambung)

*****

Pecatur 17 tahun Magnus Carlsen menghabiskan waktu usai sekolah seperti kebanyakan remaja picisan pada umumnya.

Ia mendandani ranjang tidur dengan seperai kuning menyolok mata di kamarnya, di kawasan pinggiran kota Oslo. Setelah itu ia asyik tenggelam di depan komputernya hingga waktu lama.

“Mungkin saya lebih banyak menghabiskan waktu melakukan chatting dengan orang lain,” ujarnya seraya tersenyum.

Ia seharusnya tidak boleh terlalu keras pada dirinya sendiri.

Ketika chatting, Magnus selalu menyelanya dengan tetap bermain catur. Ia mempraktikkan catur secara online sehingga membantu dirinya bertahan di peringkat 6 besar dunia. Dan, bukan tak mungkin ia akan menyabet peringkat pertama catur dunia jika berhasil memenangkan Grand Slam Chess Final Master yang dimulai pekan ini di Bilbao, Spanyol.

Keyakinan Magnus menjadi pecatur nomer satu dunia  tak hanya muncul di Norwegia, sebuah negara berpenduduk 4,5 juta jiwa. Tetapi juga dari pecatur-pecatur tersohor lainnya.

Seorang pesaing terkuatnya di Bilbao, Visnawathan Anand, juara dunia dari India dan peringkat pertama FIDE, juga mengatakan Magnus merupakan calon juara dunia catur masa depan. Begitu juga dengan Garry Kasparov, juara catur yang tempatnya digantikan Anand.

Ketika Magnus diingatkan akan harapan orang banyak tentang masa depannya di dunia catur, ia tak bereaksi apa-apa. Secara pribadi ia tetap seorang pemalu, selalu berbicara lembut, dan menghindari kontak mata. Sifatnya mirip pecatur terbaik dunia pada umumnya, termasuk sifat Anand.

“Anand bermain lebih baik dari saya,” katanya merendah.

Kejujuran itu tak sepenuhnya keliru. Ia memang bukan satu-satunya anak ajaib yang muncul di tahun-tahun terakhir.  Kini, pecatur modern –dengan bantuan komputer canggih untuk berlatih, dapat mengakses data pertandingan ratusan tahun lalu dan bermain catur secara online tanpa batas— dapat menyabet gelar grand master lebih muda ketimbang pecatur sebelumnya.

Ketika Magnus meraih gelar Grand master pada usia 13 tahun, dua pecatur belia lainnya, Sergey Karjakin dari Ukraina dan Parimarjan Negi dari India, menyabet gelar serupa dalam usia lebih muda.  Sementara, 17 tahun lalu, lusinan pecatur memerlukan waktu 40 tahun untuk mematahkan rekor Bobby Fischer, juara dunia dari Amerika Serikat. Fischer meraih gelar Grand Master pada usia 15 tahun.

Tapi Magnus istimewa karena bisa bertahan di jajaran pecatur elit dunia hingga sekarang. Gaya permainan dan pengorbanannya memang tak biasa. Sejak bermain catur pada usia 8 tahun, Magnus  menyukai taktik posisioning yang kompleks. Situasi permainan ini membuatnya nyaman.

Sedangkan bagi lawannya, meski dia seorang pecatur terbaik sekali pun, sering kali harus menyerah karena kelelahan dan putus asa. Magnus memang memiliki mental pecatur yang tangguh.

Selama bermain, Magnus mengaku sering kehilangan konsentrasi. Tetapi kemudian ia akan mengheningkan cipta sambil berkata pada dirinya sendiri: “Kau tidak mau kalah dalam permainan ini sebagai idiot kan? Maka, keluarkan semua kemampuanmu sekarang.”

Kebanyakan pecatur merasa kecewa saat kalah. Kekecewaan ini bisa panjang, sehingga perasaan itu terbawa dalam permainan berikutnya. Sementara, bagi Magnus, kekalahan  dalam catur tak membuatnya larut dalam kekecewaan panjang.

“Saya lebih kecewa jika kalah dalam permainan di luar catur,” ujarnya.

“Saya selalu kecewa jika kalah dalam permainan Monopoli,” katanya.

Itulah perasaan yang dialami Magnus saat saudara-saudara perempuannya mengalahkan dia dalam permainan Monopoli.

Situasi persaingan memang terasa kental di rumahnya, bahkan sudah mirip sebuah etos. Ayahnya, Henrik, adalah seorang konsultan teknologi  informasi yang menghabiskan waktunya bersama anak-anaknya saat tak bekerja. Ibunya, Sigrun Carlsen, seorang Insinyur Kimia. Keduanya sama-sama aktif bekerja, tetapi sekaligus membumi.

Magnus memiliki tiga saudara perempuan: Ellen (19), Ingrid (14) dan Signe (11). Ingrid berkata saudara laki-lakinya sering mencekik, mengusik, sehingga kelakuan kakak laki-lakinya itu tak ubahnya seperti iblis.

“Apa yang diharapkan dari saudara laki-laki jika tak mencekik,” kata Magnus polos.

Kisah tentang bocah ajaib memang kerap diawali dari sebuah eureka, sebuah penemuan, ketika anak itu menunjukkan bakat tersembunyinya dalam sebuah permainan. Minat Magnus dapat terlacak sejak kompetisinya dengan kakaknya, Ellen.

Ayah kandungnya, seorang pecatur bagus untuk tingkat turnamen, mencoba mengajar Magnus dan Ellen bermain catur lebih serius. Inilah awal Magnus mulai bermain catur. Meski motif awal Magnus adalah mengalahkan kakak perempuannya.

Suatu hari, saat Magnus berumur 8 tahun, ia menantang Ellen bermain catur, dan menang.

“Yang menyedihkan dari peristiwa itu,” kenang ayahnya, “kakaknya memilih berhenti bermain catur. Padahal permainan ini sudah ia pelajari selama empat tahun.”

Sementara, permainan bocah lelaki itu justru makin berkembang pesat. Ia mulai secara reguler ikut di sejumlah turnamen catur, dan kemajuan permainannya sungguh menakjubkan. Setahun setelah mengikuti turnamen pertamanya melawan pecatur seusianya, ia mulai ikut turnamen catur orang dewasa dan berhasil mengalahkan mereka.

Selama beberapa saat ia sempat belajar dengan Simen Agdestein, seorang grand master dan bekas juara catur Norwegia. Tapi, sekarang, Magnus sudah jauh melampaui kemampuan gurunya.  (IHT/SM)