Lewati navigasi

“Catur adalah perang di atas papan. Tujuan utamanya adalah menghancurkan pikiran lawan.” (Bobby Fischer)

Saya baru saja menonton dua film berturut-turut. Yang pertama adalah film serial Netflix tahun 2020 berjudul “Queen’s Gambit” yang tengah menjadi tren dan jadi percakapan pecatur dunia macam Garry Kasparov dan Judith Polgar. Film ini bisa ditonton secara online dengan mengetik di Google “nonton film Queen’s Gambit (2020).” Bila link muncul di mesin pencari tinggal klik dan tonton.

Sayangnya film itu merupakan kisah fiksi. Film itu berangkat dari sebuah novel tentang seorang puteri yatim piatu yang bermain catur sejak umur 9 tahun. Ia diajari catur oleh penjaga rumah yatim di basement gedung sehingga menjadi pecatur wanita belia yang menumbangkan lawan-lawannya tanpa ampun, termasuk sang juara dunia dari Uni Sovyet. Sebuah kisah serial yang menarik. Satu-satunya kekurangan: kisah ini kisah fiksi.

Selepas menonton film itu saya jadi teringat sebuah film yang beberapa tahun lalu saya tonton dan akhirnya saya tonton lagi. Judulnya “Pawn Sacrifice” atau pengorbanan bidak catur. Sama seperti film terdahulu, film keluaran tahun 2004 ini juga bisa ditonton secara online dengan cara mengetik “nonton film Pawn Sacrifice (2004)” di Google. Bila sudah muncul link film itu tinggal klik dan tonton.

Perbedaan yang mendasar dengan film terdahulu, kali ini film ini berangkat dari kisah nyata seorang pecatur jenius, salah satu pecatur terhebat yang pernah ada di muka bumi. Film ini merupakah kisah nyata Bobby Fischer, seorang bocah ajaib, yang menjadi Grand Master (GM) catur termuda dalam sejarah pada masanya. Ia meraih gelar GM catur dalam usia 15 tahun. Ia juga menjadi pecatur Amerika Serikat satu-satunya yang berhasil menjadi juara dunia catur di Kejuaraan Dunia Catur tahun 1972 setelah meruntuhkan dominasi raksasa catur dunia, Uni Sovyet. Ia mengalahkan juara bertahan dari Sovyet, Boris Spassky dengan skor 12,5 – 8,5.

Fischer memang menyukai catur sejak usia dini. Ia biasa bermain seorang diri sejak usia 6 tahun. Kemudian dia selalu mengalahkan lawan-lawannya orang dewasa. Ia lalu dibawa ibu dan kakak perempuannya ke sekolah catur di Brooklyn. Ibunya mengaku kegilaan Fischer pada catur membuat ibunya bingung dan sempat membawanya ke psikiater. Ia dibawa ke sekolah catur agar berhenti main catur setelah mengalami kekalahan. Ia dilatih oleh Ketua Brooklyn Chess Club, Carmine Nigro. Carmine terkesima melihat bakat besar Fischer. Peringkat 20 catur di New York ini memang mengalahkan Fischer pada permainan pertama. Tapi setelah itu ganti Fischer yang mengalahkannya.

Setelahnya Bobby Fischer tak terbendung. Berbagai turnamen catur dia menangkan dengan nilai nyaris sempurna alias hampir tak pernah terkalahkan. Pada usia 13 tahun dia menjuarai Kejuaraan Catur Yunior Amerika. Pada usia 14 tahun dia menjadi pecatur termuda yang menyabet gelar sebagai juara catur se-Amerika dalam US Chess Champhion. Dan puncaknya ia memperoleh gelar Grand Master (GM) catur termuda dalam sejarah, yakni pada usia 15 tahun.

Tapi mimpi terbesarnya adalah menjadi juara dunia catur. Dan jalan itu tak gampang. Ia mengandeng seorang pengacara yang bertindak menjadi agennya dan seorang pastor sebagai sekondan tandingnya. Sang pastor adalah seorang pecatur juga, dan pada saat muda dia pernah mengalahkan Fischer.

Tapi jalan Fischer tak selamanya lempang. Saat mengikuti tur dunia untuk persiapan kejuaraan dunia, kakak perempuannya, Joan, prihatin melihat perkembangan jiwa adiknya. Dari surat-surat yang dia terima dia melihat adiknya mengalami gangguan jiwa berupa skizofrenia paranoid. Bobby merasa ada konspirasi di dunia ini, yakni antara Sovyet dan kaum Yahudi yang ingin menghabisinya, “Padahal saya dan Bobby adalah keturunan Yahudi,” kata Joan ke pengacara Bobby.

Sang pastor yang jadi sekondan lawan tanding Bobby juga pernah mewanti-wanti. Menurutnya kejeniusan dan kegilaan dalam catur hanya terpisah tipis seperti sehelai rambut. Karena dalam sejarah catur di Amerika tahun 1800-an, ada juga pecatur jenius sebelum Bobby Fischer. Dia adalah Paul Moprhy. Morphy berhasil mengalahkan para master catur di seluruh Eropa. Tapi pada usia 22 tahun dia mengundurkan diri karena mulai mengalami delusi dan kecurigaan yang berlebihan. Ia akhirnya mati bunuh diri pada usia 47 tahun. Namun ketika Bobby tengah menuju puncak karirnya sebagai penantang utama juara dunia catur, tindakan membawa Bobby ke psikiater dia anggap kurang bijak. Karena hal itu malah bisa membuat kejeniusannya hancur. “Seperti memberi air suci,” katanya mengibaratkan.

Kejeniusan memang dekat dengan kegilaan. Dan tindakan aneh Bobby Fischer yang dipicu oleh penyakit mentalnya bertambah parah. Ia merasa dimata-matai. Teleponnya merasa disadap. Ia merasa mau diracun, dibuntuti terus-menerus dan semacamnya. Sebuah ciri-ciri penyakit kejiwaan yang bernama skizofrenia paranoid. Pengacara yang menjadi agennya serta sang pastor hanya bisa menemani sebisa mungkin. Seraya memberi permakluman atas semua keanehan Bobby Fischer.

Puncak dari ‘kegilaan’ Fischer adalah pada saat Kejuaraan Dunia 1972 ketika dia menjadi penantang utama juara bertahan asal Sovyet, Boris Spassky. Pada pertandingan pertama dia merasa terganggu oleh bunyi kamera TV, batuk penonton, yang dia sebut menganggu konsentransinya saat digelar di hall utama. Akhirnya dia kalah dari Spassky karena melakukan sebuah langkah konyol. Maka, dia pun meminta agar pertandingan dipindah ke ruangan bermain ping-pong di gudang yang lebih sunyi. Dan sebagai keseriusan, dia tak datang ke pertandingan kedua. Alhasil dia tertinggal 0-2 dari Spassky.

Untunglah Spassky setuju pertandingan dipindah ke ruang ping-pong. Di sini Fischer mengamuk. Dia mengalahkan Spassky dua kali dan sekali draw. Akhirnya hasil sementara seri: 2,5-2,5. Setelah skor mereka sama, Fischer kemudian bersedia untuk bertanding kembali di hall utama. Di sini Fischer mengeluarkan pembukaan yang tidak ada dalam buku teks catur maupun yang pernah dia lakukan. Hal itu membuat Spassky terkesima dan akhirnya kalah dengan hasil akhir 12,5-8,5. Bobby Fischer akhirnya menjadi Juara Dunia Catur tahun 1972 dan menjadi satu-satunya pecatur dari Amerika yang berhasil membobol dominasi Sovyet atas catur dunia di era Perang Dingin.

Karirnya kemudian meredup. Ia menghilang dari muka publik. Nasibnya bahkan tragis karena dibelit kemiskinan. Pada tahun 1980 dia sempat ditangkap karena mengemis.

Pada tahun 1992 dia kembali menggelar pertandingan ulang dengan Boris Spassky yang juga dia menangkan. Sayanganya pertandingan digelar di Yugoslavia yang saat itu tengah mendapat sanksi dari PBB dan Amerika. Akibatnya kewarganegaraannya sebagai warga negara AS dicabut dan surat penangkapan atas dirinya dikeluarkan pemerintah AS. Sehingga dia menjadi orang tanpa tanah air alias eksil.

Islandia, tempat kejuaraan dunia catur tahun 1972 digelar, akhirnya menawarkan dia warga negara dan dia akhirnya menjadi warga negara Islandia sampai dia meninggal dunia pada tahun 2008.

Dalam wawancaranya di akhir film, sosok asli Bobby Fischer berkata: “Catur sejatinya merupakan pencarian terhadap kebenaran, bukan? Dan saya sedang mencari kebenaran…” Dan untuk sampai ke sana memang tidak selamanya semua jalan berakhir mulus.


Tinggalkan komentar