Lewati navigasi

Category Archives: Idul Adha

Koalisi Cinta 100 % Indonesia

——————————————————————————————————-

KKomunitas Kretek, Komunitas Jamu Indonesia, Aliansi Pencinta Batik, Srikandi Indonesia, Asosiasi Petani Tembakau Indonesia,


———————————————————————————-

Cabut Pergub DKI No 88/2010,

Lawan Skenario Intervensi Korporasi Farmasi Asing

Negara seharusnya bersikap netral. Salah satunya dengan cara memperlakukan setiap warga negara secara adil tanpa diskriminasi[1]. Tapi, faktanya tidak demikian. Bukan sekali-dua, negara menjadi alat perpanjangan tangan kepentingan modal asing. Ironisnya, ini terjadi berulang kali dalam sejarah republik ini berdiri, terutama sejak Soeharto berkuasa.

Lucunya lagi, tragedi itu kembali terulang pada masa reformasi. Salah satunya ditunjukkan secara telanjang oleh Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No 88 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur No 75 Tahun 2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok.

Dalam peraturan baru ini, hak perokok di Jakarta semakin dipersempit. Tempat-tempat khusus merokok yang semula ada di tempat kerja dan tempat umum seperti mal, hotel, dan restoran seperti diamanatkan peraturan yang lebih tinggi, ditiadakan.[2] Seperti pesakitan, para perokok diusir dari dalam gedung.[3]

Tidak cukup sampai di sini, mulai tanggal 1 November 2010 ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kabarnya akan mulai melakukan sweeping di tempat-tempat umum. Sebuah gerakan yang mengingatkan kita pada Adolf Hitler tahun 1945. Sebab, gerakan sweeping rokok, sejatinya memang pernah dicontohkan oleh Partai Nazi di Jerman sebagai pelopor fasisme.[4]

Bagi kami, kebijakan Pergub DKI No 88/2010 ini mengherankan. Ketika Jakarta masih dilanda kemacetan dan teror banjir seperti yang kita rasakan akhir-akhir ini, Gubernur Fauzi Bowo yang sering mengklaim dirinya sebagai “ahlinya Jakarta” justru lebih memprioritaskan penghapusan ruang merokok di seluruh gedung pemerintah, mal, restoran dan cafe sebagai program utama.

Sebelumnya, sebagai pencinta produk asli Indonesia, terutama rokok kretek, kami memang memilih diam. Tapi, kami belajar dari kebijaksanaan waktu: bahwa yang busuk akhirnya akan terbongkar.  Dan skandal intervensi korporasi farmasi asing itu akhirnya mencuat.

Skandal itu mulai terkuak sejak Muhammadiyah mengeluarkan fatwa merokok  haram bulan Maret 2010 lalu. Karena pada saat bersamaan diketahui adanya aliran dana sebesar 393,234 dolar U$ atau Rp 3,5 miliar ke Muhammadiyah dalam rangka mengeluarkan fatwa haram rokok. Dana itu berasal dari Michael R. Bloomberg, pengusaha Yahudi yang kini menjabat sebagai Wali Kota New York, melalui Bloomberg Initiative.[5]

Bloomberg Initiative itu juga menggelontorkan puluhan miliaran rupiah ke berbagai LSM dan instansi pemerintahan yaitu:

1)    Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Bogor sebesar US$ 228,224 atau sekitar Rp 2 Miliar

2)    Lembaga Demografi UI, sebesar US$ 280,755 atau sekitar Rp 2,5 Miliar dan US$ 40,654 atau sekitar Rp 3,6 Miliar

3)    Dirjen pengendalian penyakit tidak menular Depkes sebesar US$ 529,819 atau sekitar Rp 4,7 Miliar

4)    Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia dan Tobacco Control Working Group, sebesar US$ 491,569 atau sekitar Rp 4,4 Miliar

5)    Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sebesar US$ 455,911 atau sekitar Rp 4,1 Miliar dan US$ 210, 974 atau sekitar Rp 1,8 Miliar

6)    Pusat Pengendalian Tembakau dan Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia (TCSC-IPHA) sebesar US$ 12,800 atau sekitar Rp 1,1 Miliar

7)    Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan Pusat Studi Agama dan Masyarakat, sebesar US $ 454.480 atau sekitar Rp 4 Miliar.

(lebih lengkap lihat lampiran)

Dan bukan kebetulan, tokoh-tokoh dan organisasi-organisasi itu berdiri di garda depan untuk melakukan lobi dan kampanye anti rokok.

Salah satu produknya adalah Pergub DKI N0 88/2010 yang dikeluarkan bulan April 2010. LSM rekanan Pemprov DKI dalam kampanye anti rokok adalah Swisscontact Indonesia Foundation (SIF).[6]

Melalui organisasi “Smoke Free Jakarta” yang berkantor di Kantor Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Swisscontact Indonesia bermitra dengan Pemprov DKI. Menurut laporan Bloomberg Initiative, Swisscontact Indonesia adalah penerima bantuan sebesar US$ 360.952 atau sekitar Rp 3,2 miliar untuk program membebaskan Jakarta dari asap rokok melalui pembuatan peraturan.[7]

Persoalannya, Michael R. Bloomberg, bukan tak memiliki kepentingan. Benar, dua tahun lalu dia bersama Bill Gates melancarkan kampanye dan pengumpulan dana bersama untuk gerakan anti rokok sebesar US$ 375 Juta. Bloomberg menyumbang US$ 250 Juta. Jumlah yang fantastis. Mengingat bahwa Bill Gates sebagai orang terkaya dunia saja hanya menyumbang US$ 125 Juta.[8]

Sekilas, terkesan Bloomberg tak memiliki kepentingan apa-apa terhadap isu perang anti rokok. Tapi fakta itu menipu. Bloomberg nyatanya memiliki hubungan khusus dengan industri farmasi.[9]

Teman dekat sekaligus penasehatnya, William R. Brody, adalah salah satu Direktur Novartis, perusahaan farmasi nomer empat terbesar dunia dengan pasar penjualan senilai 125 miliar dollar U$.[10] Tak mengherankan, Michael Bloomberg selalu tutup mata dengan ulah dan lobi MNC farmasi.[11] Bahkan, patut diduga Bloomberg Intiative adalah alat terselubung untuk memobilisasi dana korporasi farmasi asing untuk melakukan kampanye anti rokok dalam skala gigantik.

Bagaimana dengan Bill Gates? Jawabannya sama saja. Istrinya, Melinda Gates, sejak tahun 2005, membeli saham drugstore.com, sebuah perusahaan farmasi online. Pada kuartal pertama tahun 2005, perusahaan farmasi online ini berhasil menjual produk farmasi dengan nilai US$ 99,6 Juta.[12]

Maka, jelas, di belakang Pergub DKI No 88/2010 itu ada skenario intervensi korporasi farmasi asing. Target skenario global korporasi farmasi asing itu jelas agar orang berhenti merokok. Dan untuk berhenti merokok itu harus ada penanganan atas ketagihan nikotin. Dari situlah terbuka jalan lapang bagi pemasaran terapi atau obat-obatan yang dikenal sebagai Nicotine Replacement Therapy (NRT) yang sudah mereka ciptakan sejak tahun 1991. Bentuk  NRT adalah koyo, permen, inhaler dan obat.[13]

Indonesia, dengan jumlah perokok cukup tinggi, jelas merupakan pasar ideal bagi korporasi farmasi asing yang membuat dan memasarkan NRT.

Perselingkuhan gerakan anti rokok dan korporasi perusahaan farmasi asing ini memang mulai menemukan momentum pada tahun 1991. Hal itu bermula saat pemerintah Amerika Serikat meluluskan NRT bernama Nicotrol yang diproduksi Pfizer pada tahun 1980 dan dipasarkan oleh Jhonson and Jhonson (J & J), sebagai terapi berhenti merokok.

Pendiri Jhonson & Jhonson adalah Jenderal Robert Jhonson. Ia meninggal tahun 1968 dengan meninggalkan warisan sebesar 1,2 miliar dolar U$ untuk digunakan mendirikan Robert Wood Jhonson Foundation. Hingga hari ini yayasan ini memiliki 40 Juta lembar saham di J & J dengan nilai lebih dari US$ 3 Miliar.

Maka, seperti kata pepatah, apa yang baik bagi Jhonson & Jhonson, baik pula bagi Robert Wood Jhonson Foundation. Khususnya untuk memasarkan temuan terapi rokok ke pasar.Ini dilakukan dengan tiga cara, mempeluas daerah larangan merokok, menaikkan pajak rokok, dan pada akhirnya memusnahkan pabrik-pabrik rokok.

Sejak tahun 1991, Robert Wood Jhonson Foundation telah mengucurkan US$ 450 Juta, untuk proyek anti rokok, di antaranya US$ 10 Juta untuk kampanye menaikkan harga cukai rokok dan US$ 99 Juta dalam rangka melobi kebijakan negara untuk memperluas kawasan bebas merokok. Salah satu LSM yang menerima kucuran dana ini adalah Tobacco-Free Kids yang turut aktif menggalang gerakan anti-rokok di Indonesia.[14]

Pemain korporasi farmasi asing lain yang mengembangkan terapi dan obat subtitusi rokok di antaranya adalah Pfizer, Novartis dan GlaxoSmithKline. Pfizer adalah produsen farmasi terbesar kedua dunia dengan omset 145  miliar dollar U$/tahun. Novartis adalah produsen farmasi terbesar keempat dengan omzet US$ 125 miliar/tahun. GlaxosmithKline adalah produsen nomer enam terbesar dunia dengan omzet US$ 94 miliar/tahun. [15]

Pada akhir tahun 1990, Pfizer dan Glaxo membiayai secara penuh anggota WHO untuk membentuk World Health Organisation’s Tobacco Free Initiative. Pada saat konferensi ke 11 World Conference on Tobacco di Chicago tahun 2000, Yayasan Jhonson memberi US$ 4 Juta dan Glaxo ikut berperan sebagai partner.  Pfizer sendiri mengucurkan dana US$ 33 Juta untuk membentuk organisasi anti-rokok.

Hasil kampanye anti rokok secara besar-besaran ini kemudian berimplikasi penting pada produk terapi dan obat berhenti merokok yang mereka buat.  Pada tahun 1999, Nicorette produksi GlaxoSmithKline terjual US$ 570 Juta/tahun. Tahun 2007, Chatix produk Pfizer terjual US$ 883 Juta.[16]

Dengan demikian, bisa disimpulkan, Pergub DKI No 88/2010 yang berbau fasisme dan diksriminatif ini merupakan bagian dari skenario pemasaran industri farmasi asing khususnya untuk produk NRT.

Selain hak perokok bakal tergilas, niscaya, cepat atau lambat, rokok kretek, yang mempekerjakan jutaan petani tembakau akan rontok. Padahal, rokok kretek seperti halnya batik, dan jamu, merupakan produk asli Indonesia.  Karena itu kami secara tegas menolak skenario kebijakan kepentingan korporasi farmasi asing  yang akan membuat  warisan budaya asli bangsa Indonesia luluh-lantak.

Oleh karena itu, kami menyatakan sikap sebagai berikut:

1. Cabut Pergub DKI No 88/2010

2. Lawan Skenario Intervensi Korporasi Farmasi Asing

3. Selamatkan Industri Nasional

Demikian, pernyataan sikap ini kami sampaikan. Terima kasih.

Jakarta, 29 Oktober 2010

Suroso

Koordinator

(0813 16 444 509)


[1] Pasal 28 H ayat 2 UUD 1945: “Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.”

[2]Pasal 23 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan: “Pimpinan atau penanggung jawab tempat umum dan tempat kerja yang menyediakan tempat khusus untuk merokok harus menyediakan alat penghisap udara sehingga tidak menganggu kesehatan bagi yang tidak merokok.”

[3] Pasal 18 Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No 88 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur No 75 Tahun 2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok: “Tempat khusus merokok harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a, terpisah secara fisik dan terletak di luar gedung; b. Tidak berdekatan dengan pintu keluar masuk gedung.” Bandingkan dengan pasal 18 Peraturan Gubernur No 75 Tahun 2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok: “Tempat khusus atau Kawasan merokok harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:  a. tempatnya terpisah secara fisik atau tidak bercampur dengan kawasan dilarang merokok; b. dilengkapi alat penghisap udara atau memiliki sistem sirkulasi udara; c. dilengkapi asbak atau tempat pembuangan puntung rokok. d. dapat dilengkapi dengan data dan informasi bahaya merokok bagi kesehatan.”

[1] Lih4) Lihat Tobacco control movement, di situ ditulis: “The Nazi Party imposed a tobacco ban in every German university, post offpost office, military hospital and Nazi Party office, under the auspices of Karl Astel’s Institute for Tobacco Hazards Research, created in 1941 under oorders from Adolf Hitler. Major anti-tobacco campaigns were widely broadcast by the Nazis until the demise of the regime in 1945.” (http:/(http://en.wikipedia.org/wiki/Anti-smoking_movement). Lihat juga Anti-tobacco movement in Nazi Germany (http:/(http//en.wikipedia.org/wiki/Anti-tobacco_movement_in_Nazi_Germany)

[5] Lihat Bloomberg Initiative to Reduce Tobacco Use Grant Programs (http://tobaccocontrolgrants.org/Pages/40/What-we-fund). Laporan ini khusus hibah untuk Indonesia. Lucunya, laporan di website ini kemudian ditutup lagi, setelah media massa Indonesia ramai memberitakan. soal aliran dana tersebut berkenaan dengan fatwa haram rokok Muhamadiyah. Anehnya lagi, saat bisa kembali diakses nama Muhamadiyah sebagai penerima hibah Bloomberg menghilang.

[6] Lihat Apa Smoke Free Jakarta.? (http://www.smokefreejakarta.or.id/?q=node/1). Smoke Free Jakarta adalah organisasi yang dibuat oleh Pemda DKI Jakarta, Swisscontact Indonesia Foundation (SIF) dan International Union Against Tuberculosis & Lung Disease.

[7] Lihat Bloomberg Initiative to Reduce Tobacco Use Grant Programs, op.cit.

[9] Lihat The Drug Lords, The Men Who Run The Global Phamaceutical Industry (http://247wallst.com/2010/02/26/the-drug-lords-the-men-who-run-the-global-phamaceutical-industry/)

[10] Lihat biografi singkat William R. Brodi di situs Novartis. (www.novartis.com/downloads/cv/Biography_William_Brody_EN.pdf).  Lihat juga Wiliam R Brody di Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/William_R._Brody)

[12] Lihat Melinda Gates continues buying drugstore.com shares , sumber: (http://www.bizjournals.com/seattle/stories/2005/05/09/daily11.html)

[13] Baca Wanda Hamilton; Nicotine War, Perang Nikotin dan Para Pedagang Obat, penerbit Insistpress, 2010.

[15] Lihat The Drug Lords, The Men Who Run The Global Phamaceutical Industry, op.cit

[16] Lihat  Christopher Snowdon, The Anti-Smoking Movement. Christopher Snowdon adalah penulis buku Verlvet Glove, Iron Fist. (http://velvetgloveironfist.blogspot.com/2010/10/anti-smoking-movement.html)

Lampiran 1

Fakta Intervensi Asing

Bantuan Bloomberg di Indonesia untuk Program Anti Rokok )*

(1) Kota Bogor 100% Bebas  Rokok

Penerima: Dinas Kesehatan Kota Bogor

Program ini dimaksudkan untuk menjadikan Kota Bogor 100 % terbebas dari rokok pada tahun 2010 yang ditunjukkan dengan implementasi sebuah kebijakan. Langkah-langkah itu termasuk di dalamnya pembentukan komite kontrol tembakau yang akan memonitor dan mengevaluasi. Program ini juga bertujuan untuk menjadikan transportasi umum 100% bebas rokok, kampanye pengurangan tembakau di iklan dan membangun jaringan stake holders.

Nilai                : US$ 228,224 atau sekitar Rp 2 Miliar )**

Program         : Maret 2009-Februari 2011

(2) Advokasi Kebijakan Pajak tembakau yang efektif di Indonesia

Penerima: Lembaga Demografi UI

Mempengaruhi pembuat kebijakan di Indonesia untuk mengusahakan kebijakan harga dan menaikkan pajak tembakau. Program ini akan dicapai melalui kegiatan advokasi yang relevan dan peningkatan kapasitas untuk menaikkan pajak tembakau kepada para pembuat kebijakan dan stakeholder lainnya.

Nilai                : US$ 280,755 atau sekitar Rp 2,5 Miliar

Program         : Oktober 2008-Juli 2010

(3) Membangun Sistem kesehatan masyarakat di Indonesia untuk menerapkan pengendalian tembakau yang efektif

Penerima: Dirjen pengendalian penyakit tidak menular

Program ini dimaksudkan untuk melatih tim NCDC dan memperkuat kapasitas mereka untuk mengembangkan dan menerapkan strategi pengendalian tembakau nasional dan untuk mendukung kegiatan pengendalian tembakau di sedikitnya tujuh provinsi, dengan fokus pada lingkungan 100% bebas asap rokok. Komite pengarah di level provinsi akan dibentuk.

Nilai                : US$ 529,819 atau sekitar Rp 4,7 Miliar

Program         : September 2008-Agustus 2010

(4) Mendukung Kontrol Tembakau

Penerima: Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia dan Tobacco Control Working Group

Nilai                : US$ 491,569 atau sekitar Rp 4,4 Miliar

Program         : September 2009-Agustus 2011

(5) Memobilisasi dukungan publik terhadap fatwa agama untuk Pengendalian Tembakau dan untuk mendukung Petisi FCTC WHO (Framework Convention on Tobacco Control)

Penerima: Muhammadiyah

Proyek ini akan mencari dukungan dari kelompok-kelompok antar-agama untuk pengendalian tembakau dan petisi FCTC. Mendorong keputusan fatwa ulama tentang pelarangan merokok untuk diimplementasikan di seluruh Indonesia, melalui penerbitan dan penyebarluasan fatwa agama tentang bahaya penggunaan tembakau di kalangan Muhammadiyah / Lembaga Islam, konsensus dan advokasi tentang kebijakan agama pada penggunaan tembakau.

Nilai                : US$ 393,234 atau sekitar Rp 3,5 Miliar

Program         : November 2009-Oktober 2011

(6) Advokasi Pelarangan Iklan Rokok untuk Melindungi Hak Anak

Penerima: Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)

Mengadvokasi secara komprehensif larangan iklan rokok

Nilai                : US$ 455,911 atau sekitar Rp 4,1 Miliar

dan US$ 210, 974 atau sekitar Rp 1,8 Miliar

Program         : Mei 2008-Mei 2010

(7) Capacity Building Kesehatan Masyarakat untuk Kontrol Tembakau

Penerima: Yayaysan Swisscontact Indonesia

Program ini bertujuan untuk membebaskan Jakarta dari asap rokok yang ditunjukkan dengan keluarnya kebijakan kontrol tembakau. Termasuk di dalamnya mendorong banyak sektor masyarakat untuk melakukan kegiatan dalam dua tahun. Mendorong terbentuknya komite penegakan udara bersih Jakarta yang bertugas monitoring dan evaluasi pelaksanaan kontol tembakau

Nilai                : US$ 360,952 atau sekitar Rp 3,2 Miliar

Program         : Mei 2009-April 2011

(8) Rapat Jaringan Pengendalian Tembakau Indonesia (LSM) untuk Perencanaan 2009

Penerima: Pusat Pengendalian Tembakau dan Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia (TCSC-IPHA)

Menyelenggarakan pertemuan LSM untuk mengembangkan kegiatan strategis dalam mendukung kebijakan pengendalian tembakau tahun 2009

Nilai                : US$ 12,800 atau sekitar Rp 1,1 Miliar

Program         : Januari 2009-Mei 2009

(9) Advokasi kebijakan

Penerima: Lembaga Demografi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Mempengaruhi pembuat kebijakan di Indonesia untuk melakukan kontrol tembakau melalui kebijakan harga dan pajak tembakau yang efektif

Website : www.idfeui.org

Nilai                : US$ 40,654 atau sekitar Rp 3,6 Miliar

Program         :Jun 2008-Agustus 2008

(10) Advokasi untuk dan Daerah Bebas Asap Rokok dan Kebijakan Larangan Beriklan di Jawa

Penerima: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan Pusat Studi Agama dan Masyarakat
Melakukan advokasi untuk wilayah bebas asap rokok di Jawa dan membantu dalam pengembangan kapasitas lembaga, untuk meningkatkan kesadaran publik pengendalian tembakau melalui kampanye pendidikan berkelanjutan, untuk melakukan advokasi legislatif pada Gubernur DKI Jakarta, melalui monitoring Peraturan Daerah, dan peraturan pemerintah tentang daerah bebas asap rokok, dan untuk berkolaborasi dengan LSM lain, instansi pemerintah dan media untuk meluncurkan kampanye media yang berkelanjutan.

Nilai                : US $ 454.480 atau sekitar Rp 4 Miliar

Program         : Mei 2008-Mei 2010

)* Lihat Bloomberg Initiative to Reduce Tobacco Use Grant Programs (http://tobaccocontrolgrants.org/Pages/40/What-we-fund). Laporan ini khusus hibah untuk Indonesia. Lucunya, laporan di website ini kemudian ditutup lagi, setelah media massa Indonesia ramai memberitakan. soal aliran dana tersebut berkenaan dengan fatwa haram rokok Muhamadiyah. Anehnya lagi, saat bisa kembali diakses nama Muhamadiyah sebagai penerima hibah Bloomberg menghilang

)** Asumsi 1 US$ adalah Rp 9.000

*******

(Dua kali batal, akhirnya Presiden Amerika Serikat Barack Obama datang juga ke Indonesia. Kunjungannya memang amat singkat, hanya kurang dari 24 jam, Tapi Obama telah berhasil memikat hati bangsa Indonesia. Hal ini terlihat dari pidatonya di Universitas Indonesia, Rabu 10 November 2010,  sebelum dia berangkat ke Korea  Selatan. Obama karenanya boleh disebut sebagai seorang maestro catur di kehidupan nyata. Ketulusan dan keyakinannya untuk mengkoreksi tesis Samuel P. Huntington bahwa abad modern adalah the clash of civilizations, benturan peradaban antara negara maju dan Islam. Ini adalah bagian terpenting dari langkah kuda Barack Obama. Padahal teori Huntington itulah yang menjadi landasan pembenaran bagi George Bush jr untuk menganeksasi Irak dan mendeklarasikan war of terror, di bawah nasehat para hawkish,  politisi ultrakonservatif dari Partai Republik. Maka berikut adalah teks lengkap pidato Obama yang bersejarah di UI, Depok itu.  Pidato ini  dikutip dari vivanews.com)

Terima kasih atas sambutan yang hangat ini. Terima kasih kepada semua penduduk Jakarta. Dan terima kasih bagi seluruh bangsa Indonesia.

Saya senang akhirnya bisa berkunjung ke negeri ini dengan ditemani oleh Michelle. Tahun ini, kami telah dua kali gagal datang ke Indonesia. Namun, saya berkeras untuk menyambangi sebuah negeri yang amat bermakna bagi saya ini. Sayangnya, lawatan ini begitu singkat. Tapi saya berharap bisa datang lagi tahun depan pada saat Indonesia menjadi tuan rumah KTT Asia Timur.

Sebelum berbicara lebih jauh, saya ingin menyampaikan bahwa doa dan perhatian kami tertuju kepada para korban bencana tsunami dan gunung meletus baru-baru ini, khususnya bagi mereka yang kehilangan orang tercinta serta tempat tinggal. Amerika Serikat senantiasa ada di sisi pemerintah dan bangsa Indonesia dalam menghadapi bencana alam ini, dan kami akan dengan senang hati menolong semampunya. Sebagaimana tetangga yang mengulurkan tangan kepada tetangganya yang lain, dan banyak keluarga menampung orang-orang yang kehilangan rumah, saya tahu bahwa kekuatan dan ketahanan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia akan sanggup mengangkat kalian keluar dari kesusahan ini.

Saya akan memulai dengan pernyataan sederhana: Indonesia bagian dari diri saya. Pertama kali saya bersentuhan dengan negeri ini adalah ketika ibu saya menikahi seorang pria Indonesia bernama Lolo Soetoro. Sebagai seorang bocah, saya terdampar di sebuah dunia yang berbeda. Namun, orang-orang di sini membuat saya merasa berada di rumah saya sendiri.

Pada masa itu, Jakarta terlihat begitu berbeda. Kota ini disesaki gedung-gedung yang tak begitu tinggi. Hotel Indonesia adalah salah satu bangunan tinggi. Kala itu, ada sebuah pusat perbelanjaan baru bernama Sarinah. Jumlah becak jauh lebih banyak daripada kendaraan bermotor. Dan jalan raya tersisih oleh jalan-jalan kampung tak beraspal.

Kami tinggal di Menteng Dalam, pada sebuah rumah mungil yang halamannya ditumbuhi sebatang pohon mangga. Saya belajar mencintai Indonesia pada saat menerbangkan layang-layang, berlarian di sepanjang pematang sawah, menangkap capung, dan jajan sate atau bakso dari pedagang keliling. Yang paling saya kenangkan adalah orang-orangnya: lelaki dan perempuan sepuh yang menyapa kami dengan senyumnya; anak-anak yang membuat seorang asing seperti saya jadi seperti tetangga; dan guru-guru yang mengajarkan keluasan dunia.

Karena Indonesia terdiri dari ribuan pulau, ratusan bahasa, dan orang-orang dari berbagai daerah dan suku, periode saya tinggal di negeri ini melapangkan jalan bagi saya menghargai kemanusiaan. Walau ayah tiri saya, sebagaimana orang Indonesia umumnya, dibesarkan sebagai seorang Muslim, ia sepenuhnya percaya bahwa semua agama patut dihargai secara setara. Dengan cara itu, ia mencerminkan semangat toleransi keberagamaan yang diabadikan dalam Undang-undang Dasar Indonesia yang tetap menjadi salah satu ciri negeri ini, yang tentunya memberi inspirasi.

Saya tinggal di kota ini selama bertahun-tahun — sungguh suatu masa yang membentuk masa kecil saya; suatu masa yang menjadi saksi bagi kelahiran adik saya yang manis, Maya; dan suatu masa yang telah memesona ibu saya sehingga ia terus-menerus menghampiri Indonesia 20 tahun kemudian untuk tinggal, bekerja dan bepergian – mengejar hasratnya mendorong terbukanya kesempatan di pedesaan Indonesia khususnya bagi perempuan. Sepanjang hidupnya, negeri ini, beserta orang-orangnya, tetap tersimpan di hati ibu saya.

Begitu banyak yang berubah dalam empat dekade ini sejak saya kembali ke Hawaii. Jika kalian bertanya kepada saya – atau teman sekolah pada masa itu yang mengenal saya – saya yakin tak ada di antara kami yang mampu menyangka bahwa saya akan kembali ke negeri ini sebagai Presiden Amerika Serikat. Dan beberapa orang semestinya bisa meramalkan kisah luar biasa yang melibatkan Indonesia dalam empat dekade terakhir.

Jakarta yang dahulu saya kenal kini telah berkembang menjadi sebuah kota yang dijejali hampir sepuluh juta manusia, gedung-gedung pencakar langit yang membuat Hotel Indonesia terlihat kerdil, serta pusat-pusat kebudayaan dan perdagangan. Dulu saya dan kawan-kawan semasa kanak biasa berkejar-kejaran di lapangan ditemani kerbau dan kambing. Kini, generasi baru Indonesia termasuk dalam golongan paling terhubung dalam jagat komunikasi dunia melalui telepon genggam dan media sosial. Dulu, Indonesia sebagai bangsa yang masih muda berfokus ke dalam. Kini, bangsa ini memainkan peran penting di kawasan Asia-Pasifik dan ekonomi global.

Perubahan ini menjangkau ranah politik. Waktu ayah tiri saya masih kanak, ia menyaksikan ayah dan abangnya pergi berperang dan tewas demi kemerdekaan Indonesia. Saya lega bisa ada di sini tepat ketika Hari Pahlawan untuk mengingat jasa begitu banyak orang Indonesia yang rela berkorban demi negara yang besar ini.

Ketika saya pindah ke Jakarta pada tahun 1967, beberapa daerah di negeri ini baru saja mengalami penderitaan dan konflik yang hebat. Meski ayah tiri saya pernah menjadi seorang tentara, kekerasan dan pembantaian yang terjadi pada masa kekisruhan politik itu tak dapat saya pahami karena keluarga Indonesia dan teman-teman saya memilih bungkam. Di dalam rumah tangga saya, seperti keluarga Indonesia umumnya, peristiwa itu hadir secara sembunyi-sembunyi. Bangsa Indonesia merdeka, tapi rasa takut senantiasa mengikuti.

Pada masa-masa sesudahnya, Indonesia memilih jalurnya sendiri melalui tranformasi demokratis yang luar biasa – dari pemerintahan tangan besi, ke pemerintahan rakyat. Tahun-tahun belakangan, dunia menyaksikan dengan harapan dan rasa kagum usaha bangsa Indonesia merengkuh peralihan kekuasaan dengan jalan damai dan pemilihan kepala negara serta daerah secara langsung. Ketika demokrasi di negeri ini disimbolkan oleh terpilihnya Presiden dan wakil rakyat, ketika itu pula demokrasi dijalankan dan dipelihara melalui kontrol dan keseimbangan (check dan balance): Sebuah masyarakat madani, partai dan serikat politik yang madani; media dan warga negara penuh semangat yang telah yakin bahwa – di dalam Indonesia – tak ada lagi jalan memutar.

Bahkan ketika tanah tempat kemudaan saya pernah berlalu ini telah berubah banyak, hal-hal yang pernah saya pelajari untuk mencintai Indonesia – semangat toleransi yang tercantum dalam Undang-undang Dasar dan terpacak melalui masjid, gereja dan candi, pun tertanam dalam darah bangsa – masih mengalir di tubuh saya. Bhinneka Tunggal Ika – persatuan dalam keragaman. Falsafah itu merupakan pondasi yang dicontohkan Indonesia kepada dunia. Itu sebabnya Indonesia akan memainkan peran penting pada abad ke-21.

Hari ini, saya kembali ke Indonesia sebagai seorang sahabat sekaligus Presiden yang mengharapkan terjalinnya kerja sama erat antar kedua negara. Sebagai negara yang luas dan majemuk, berdamping-dampingan dengan Samudera Pasifik dan, di atas itu semua, demokrasi, Amerika Serikat dan Indonesia ditakdirkan bersama oleh kepentingan dan nilai-nilai yang sama.

Kemarin, Presiden Yudhoyono dan saya menyetujui Kerja Sama Komprehensif yang baru antara Amerika Serikat dan Indonesia. Pemerintahan kedua negara mempererat hubungan di berbagai bidang dan, yang juga penting, memperkuat hubungan antar bangsa. Kerja sama ini tentunya berdasar atas rasa saling membutuhkan dan saling menghormati.

Dengan sisa waktu yang saya miliki hari ini, saya ingin berbagi tentang mengapa kisah yang baru saja saya utarakan begitu penting bagi Amerika Serikat dan dunia. Saya ingin menitikberatkan pembahasan pada tiga hal yang saling berkait-erat serta mendasar bagi kemajuan manusia: Pembangunan, demokrasi dan agama.

Pertama, persahabatan yang terjalin antara Amerika Serikat dan Indonesia dapat memajukan pembangunan yang saling menguntungkan.

Ketika saya hidup di Indonesia, sulit membayangkan sebuah masa depan dimana kemakmuran yang dirasakan oleh banyak keluarga di Chicago dan Jakarta akan berhubungan. Kini, kita ada pada zaman ekonomi global. Bangsa Indonesia telah merasakan risiko dan harapan dari globalisasi: Mulai dari krisis ekonomi Asia yang terjadi pada akhir tahun 1990, dan jutaan orang yang berhasil bangkit dari kemiskinan. Artinya, dan yang akhirnya kita pelajari dari krisis ekonomi barusan, masing-masing dari kita memiliki sumbangsih pada keberhasilan yang diraih pihak lain.

Amerika memiliki sumbangsih terhadap sebagian dari Indonesia yang merasakan kemakmuran, karena tumbuhnya kelas menengah di sini juga berarti timbulnya pasar bagi produk-produk kami seperti juga Amerika merupakan pasar bagi Indonesia. Karena itu, kami menanamkan modal lebih banyak di Indonesia. Ekspor dari Amerika telah naik 50 persen, dan kami membuka pintu bagi pengusaha Amerika dan Indonesia untuk saling berhubungan.

Amerika memiliki sumbangsih terhadap Indonesia, yang memainkan peranannya dalam perekonomian global. Hari-hari ketika tujuh atau delapan negara membentuk kelompok dan menentukan arah perekonomian dunia telah berlalu. Karena itulah saat ini G-20 telah menjadi pusat kerja sama ekonomi internasional: Hal yang memungkinkan negeri seperti Indonesia memiliki suara lebih nyaring dan tanggung jawab lebih besar. Melalui kepemimpinan Indonesia di dalam kelompok G-20 yang memerangi korupsi, negeri ini harus ada di depan pada panggung dunia dengan memberikan contoh baik dalam mempraktikkan transparansi dan akuntabilitas.

Amerika memiliki sumbangsih terhadap Indonesia yang mengejar pembangunan berkelanjutan. Karena cara kita bertumbuh akan mempengaruhi kualitas hidup kita serta kesejahteraan planet yang kita diami. Karena itulah kita mengembangkan teknologi untuk menghasilkan energi bersih yang mampu menopang industri dan menjaga sumber daya alam Indonesia. Amerika menyambut kepemimpinan negeri anda dalam usaha global memerangi perubahan iklim.

Di atas itu semua, Amerika memiliki sumbangsih terhadap keberhasilan manusia Indonesia. Kita harus membangun jembatan yang menghubungkan kedua bangsa karena kita akan berbagi jaminan dan kemakmuran di masa nanti. Itu yang kini sedang kita rintis: Meningkatkan kolaborasi antara ilmuwan dan peneliti kita serta bekerja sama memelihara kewirausahaan. Saya pribadi puas karena kita berhasil meningkatkan jumlah pelajar Amerika dan Indonesia yang meneruskan pendidikan di universitas-universitas yang ada pada kedua negara.

Baru saja saya bicarakan masalah-masalah penting dalam kehidupan kita. Lagipula, pembangunan tak melulu hanya berhubungan dengan tingkat pertumbuhan dan angka-angka dalam neraca. Pembangunan juga menyangkut bagaimana seorang anak mampu mempelajari keahlian yang mereka butuhkan untuk menghadapi dunia yang selalu berubah. Pembangunan berkaitan dengan bagaimana gagasan baik dapat diwujudkan dan tak tercemar dengan korupsi. Pembangunan juga berhubungan dengan bagaiman kekuatan-kekuatan yang telah mengubah Jakarta yang pernah saya kenal – teknologi, perdagangan, arus keluar-masuk orang dan barang – mampu membuat hidup orang jadi lebih baik: Kehidupan uang ditandai dengan martabat dan kesempatan.

Pembangunan semacam itu tak mampu dipisahkan dari demokrasi.

Kini, kita sering mendengar bahwa demokrasi menghalangi pertumbuhan ekonomi. Ini bukanlah alasan baru. Orang akan berkata, khususnya di tengah perubahan dan kondisi ekonomi tak menentu, bahwa pembangunan akan lebih mudah dijalankan dengan mengorbankan hak asasi manusia. Tapi, saya tak melihat itu di India, juga Indonesia. Apa yang kalian telah raih menunjukkan bahwa demokrasi dan pembangunan saling menopang.

Seperti laiknya demokrasi di negara lain, halangan selalu merintangi. Amerika juga mengalaminya. Undang-undang Dasar yang kami miliki menyatakan upaya untuk menempa “penyatuan lebih sempurna.” Kami telah menempuh perjalanan untuk meraih itu. Kami melewati Perang Saudara dan berjuang menegakkan hak-hak pribadi warga negara Amerika Serikat. Usaha itu kemudian membuat kami lebih kuat dan sejahtera serta menjadi sebuah masyarakat yang lebih adil dan bebas.

Seperti negara lain yang bangkit dari pemerintahan kolonial di abad lalu, Indonesia berjuang dan berkorban demi memiliki hak menentukan nasib sendiri. Itulah makna Hari Pahlawan sesungguhnya: Sebuah Indonesia yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Tapi, secara bersamaan, kemerdekaan yang telah didapatkan itu tak pula berarti menggantikan kekuatan kolonial dengan kekuatan pemerintahan lokal.

Tentunya, demokrasi morat-marit. Tak semua pihak menyukai hasil akhir suatu pemilihan umum. Kalian semua mengalami segala suka dan duka. Namun, perjalanan itu patut dilewati karena tak hanya melulu mengenai surat suara. Butuh lembaga yang kuat untuk mengontrol pemusatan kekuatan. Butuh pasar terbuka untuk memungkinkan banyak individu maju. Butuh pers dan sistem peradilan yang independen. Butuh masyarakat terbuka dan warga negara yang aktif untuk melawan ketimpangan dan ketidakadilan.

Yang demikian adalah kekuatan yang akan mendorong Indonesia. Korupsi harus dilawan. Komitmen pada keterbukaan, yang memungkinkan tiap warga memiliki sumbangsih terhadap pemerintahannya, mesti ada. Kepercayaan bahwa kemerdekaan yang telah direbut merupakan hal yang tetap menyatukan negeri ini harus ditumbuhkan.

Itu adalah pesan dari manusia Indonesia yang telah memajukan kisah demokratis ini: Dari mereka yang berperang di Surabaya 55 tahun lampau; kepada para mahasiswa yang tergabung dalam demonstrasi tahun 1990an; kepada para pemimpin yang telah berhasil menjalani transisi kekuasaan secara damai pada awal abad ini. Karena, akhirnya, para warga negara memiliki hak untuk menyatukan Nusantara, yang membentang sepanjang Sabang dan Merauke: Sebuah penegasan bahwa setiap bayi yang lahir di negeri ini wajib diperlakukan dengan adil meski mereka berketurunan Jawa, Aceh, Bali atau Papua.

Upaya-upaya semacam itu ditunjukkan Indonesia kepada dunia. Negeri ini berinisiatif membentuk Forum Demokrasi Bali, sebuah forum bagi negara-negara untuk berbagi pengalaman dalam menjaga demokrasi. Indonesia juga telah berusaha menekan ASEAN memperhatikan hak asasi manusia. Bangsa-bangsa di Asia Tenggara berhak menentukan takdirnya sendiri dan Amerika Serikat akan mendukung upaya itu. Namun, warga Asia Tenggara harus pula memiliki hak menentukan nasib mereka sendiri. Itu sebabnya kami mengutuk pemilihan umum di Burma, yang jauh dari kebebasan maupun keadilan. Itu sebabnya kami menyokong masyarakat madani yang penuh semangat di negeri ini. Tidak ada alasan untuk mencegah penegakan hak asasi manusia di manapun.

Itulah pembangunan dan demokrasi – gagasan bahwa ada nilai-nilai yang sifatnya universal. Kemakmuran tanpa kemerdekaan adalah bentuk lain dari kemiskinan. Manusia memiliki cita-cita bersama: Kebebasan untuk tahu bahwa pemimpinmu bertanggung jawab atasmu dan bahwa anda takkan dibui bila memiliki pandangan yang berseberangan dengannya. Anda memiliki kesempatan belajar dan bekerja dengan kemuliaan. Anda bebas menjalankan kepercayaan yang anda anut tanpa takut dikucilkan.

Agama merupakan topik terakhir yang akan saya bicarakan hari ini dan, seperti layaknya demokrasi dan pembangunan, merupakan hal mendasar bagi kisah Indonesia.

Seperti negara Asia lain yang saya kunjungi, Indonesia tenggelam dalam spiritualitas: Sebuah tempat manusia menyembah Tuhan dengan berbagai cara. Sejalan dengan keberagamannya, Indonesia juga negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia – hal yang telah saya ketahui sejak kecil ketika mendengar lantunan azan di Jakarta.

Suatu Individu tak hanya didefinisikan berdasarkan kepercayaannya. Begitu pula Indonesia. Negeri ini tidak hanya ditetapkan berdasarkan penduduk Muslimnya. Kita juga tahu bahwa hubungan antara Amerika Serikat dan masyarakat Islam telah lama rusak. Sebagai Presiden, saya mendahulukan perbaikan atas hubungan yang rusak ini. Salah satu upaya itu adalah kunjungan ke Kairo pada bulan Juni yang lalu dan keinginan untuk memulai lagi hubungan yang baru antara Amerika Serikat dan umat Islam sedunia.

Waktu itu saya bilang, dan akan saya ulangi sekarang, bahwa tak ada satu pidato pun yang dapat menghapuskan tahun-tahun penuh ketidakpercayaan. Tapi waktu itu saya percaya, demikian pula sekarang, bahwa kita punya pilihan. Kita bisa memilih untuk bisa menetapkan diri kita berdasarkan perbedaan-perbedaan yang kita miliki dan menyerah pada masa depan yang penuh kecurigaan dan ketidakpercayaan. Atau kita bisa memilih untuk bekerja keras demi memelihara persamaan hak. Saya berjanji, apapun rintangannya, Amerika Serikat akan berkomitmen memajukan manusia. Itulah kami. Kami telah melakukannya. Kami akan terus menjalankannya.

Kami tahu baik masalah-masalah yang menyebabkan adanya tekanan bertahun-tahun ini. Kami telah menciptakan kemajuan setelah 17 bulan pemerintahan. Tapi, pekerjaan belum selesai.

Banyak warga tak berdosa di Amerika, Indonesia dan belahan dunia lainnya masih menjadi target kaum ekstremis. Saya telah menegaskan bahwa Amerika tidak sedang memerangi, dan takkan terlibat perang dengan, Islam. Namun, kita semua harus menghancurkan Al-Qaeda dan antek-anteknya. Siapapun yang ingin membangun tak boleh bekerja sama dengan teroris. Ini bukanlah tugas Amerika sendiri. Indonesia telah berhasil memerangi para teroris dan aliran garis keras.

Di Afghanistan, kami terus bekerja bersama beberapa negara untuk membantu pemerintah Afghanistan meretas masa depannya. Kepentingan kami di sana adalah memungkinkan terwujudnya perdamaian yang pada akhirnya mampu memunculkan harapan bagi negeri itu.

Kami juga telah mencatat kemajuan dalam salah satu komitmen utama kami: Upaya mengakhiri perang di Irak. 100 ribu tentara Amerika telah meninggalkan negeri itu. Penduduk Irak telah memiliki tanggung jawab penuh atas keamanan mereka. Kami terus mendukung Irak dalam prosesnya membentuk pemerintahan yang inklusif. Kami juga akan memulangkan seluruh tentara AS.

Di Timur Tengah, kami telah menghadapi permulaan yang gagal serta halangan. Namun, kami juga terus menjaga upaya merengkuh perdamaian. Bangsa Israel dan Palestina memulai kembali perundingan. Namun, masih ada masalah besar di sana. Ilusi bahwa kedamaian dan keamanan akan datang dengan mudah tak boleh muncul. Tapi, singkirkanlah keragu-raguan: Kami takkan menyia-nyiakan kesempatan untuk memperoleh hasil yang adil bagi semua pihak yang bertikai: Dua negara, Israel dan Palestina, hidup berdampingan secara damai dan sentosa.

Penyelesaian atas masalah-masalah itu memiliki taruhan yang besar. Dunia yang kita huni telah menjadi kian kecil. Sementara kekuatan-kekuatan yang menghubungkan kita membuka kesempatan, kekuatan-kekuatan itu juga menyokong pihak yang ingin menghambat kemajuan. Sebuah bom di tengah pasar melumpuhkan kegiatan jual-beli. Sepotong gosip dapat mengaburkan kebenaran dan memicu kekerasan di tengah masyarakat yang sebelumnya hidup rukun. Di zaman ini, ketika perubahan begitu cepat dan berbagai budaya berbenturan, apa yang kita bagikan sebagai manusia dapat musnah.

Saya percaya bahwa sejarah Indonesia dan Amerika mampu memberikan kita harapan. Kisah keduanya tertulis dalam semboyan yang dimiliki oleh negara kita masing-masing. E pluribus unum – beragam tapi bersatu. Bhinneka Tunggal Ika – persatuan dalam keberagaman. Kita dua bangsa yang mengambil jalan masing-masing. Namun kedua negara ini menunjukkan bahwa ratusan juta orang yang memiliki kepercayaan berbeda mampu bersatu dengan merdeka di bawah satu bendera. Dan kita sekarang membangun kemanusiaan melalui anak-anak muda yang akan melalui pendidikan di sekolah masing-masing; melalui wirausahawan yang saling berhubungan demi meraih kemakmuran; dan melalui upaya kita memeluk nilai-nilai demokrasi serta cita-cita manusiawi.

Tadi saya mampir ke Masjid Istiqlal. Rumah ibadah itu masih dalam pengerjaan ketika saya tinggal di Jakarta. Saya mengagumi menaranya yang menjulang, kubah yang megah, serta tempatnya yang lapang. Namun, nama serta sejarahnya juga menjadi saksi kebesaran Indonesia. Istiqlal maknanya kemerdekaan. Bangunan itu sebagiannya merupakan wasiat perjuangan sebuah bangsa menuju kemerdekaan. Terlebih lagi, masjid itu dibangun oleh seorang arsitek Kristen.

Itulah semangat Indonesia. Itulah pesan yang diimbuhkan dalam Pancasila. Di sebuah negeri kepulauan yang berisi beberapa ciptaan Tuhan yang paling elok, pulau-pulau yang menyembul dari samudera, orang bebas memilih Tuhan yang ingin mereka sembah. Islam berkembang, begitu pula ajaran lain. Pembangunan diperkuat oleh demokrasi yang sedang berkembang. Tradisi purba terpelihara meski sebuah kekuatan sedang lahir.

Tapi bukan berarti Indonesia negeri sempurna. Tak ada satu negeri pun yang bisa. Tapi di sini ras, wilayah, dan agama yang berbeda mampu dijembatani. Sebagai seorang bocah yang berasal dari suatu ras dan datang dari sebuah negeri yang jauh, saya menemukan semangat untuk melihat diri sebagai seorang individu dalam ucapan “Selamat Datang”. Sebagai seorang pemeluk Kristiani yang mengunjungi masjid, saya mengutip pendapat seseorang yang ditanyai tentang kunjungan saya: “Orang Islam juga boleh masuk gereja. Kita semua adalah umat Tuhan.”

Ungkapan itu mencetuskan gagasan bahwa sifat ketuhanan ada di dalam diri kita. Kita tak boleh menyerah pada penyangkalan atau sinisisme atau keputusasaan. Kisah yang melibatkan Indonesia dan Amerika menunjukkan kepada kita bahwa sejarah mengikuti perkembangan manusia; bahwa persatuan lebih kuat daripada perpecahan; dan bahwa warga dunia dapat hidup dengan damai. Semoga kedua negeri kita dapat terus bekerja sama, dengan kepercayaan dan determinasi, menyebarkan kebenaran-kebenaran ini dengan seluruh manusia. *

• VIVAnews

Mengorbankan buah perwira atau pion merupakan sebuah seni dalam permainan catur. Sebuah pengorbanan permanen pada buah catur harus dilakukan bilamana hal itu memberikan keuntungan posisional, atau memberi keuntungan jangka panjang dalam sebuah pertandingan.

Karena kemarin adalah hari raya Idul Adha, Hari Raya Kurban, maka ada baiknya kita belajar bagaimana melakukan pengorbanan. Yang harus diingat, buah pion adalah prajurit. Sementara buah benteng, kuda, patih, termasuk Ratu adalah perwira menengah dan tinggi. Walau kelas mereka berbeda, tugas mereka semua sama: melindungi keselamatan sang Raja.

Karena itu, komponen prajurit dan perwira juga harus tahu diri. Mereka tak boleh protes jika dikorbankan sang Raja. Karena, satu-satunya tujuan dalam permainan catur adalah kemenangan akhir. Kemenangan dalam jumlah (kuantitas) tak akan berarti apa-apa jika permainan berakhir dengan kekalahan. Terutama saat sang Raja dipaksa bertekuk lutut oleh lawan yang secara kuantitas jumlahnya jauh lebih sedikit.

Berikut ini adalah empat langkah umum yang dilakukan sang Raja (sang pemikir taktik dan strategi perang) sebelum memutuskan mengorbankan perwira atau prajuritnya.

Langkah pertama.  Buat kalkulasi resiko bila harus kehilangan satu buah prajurit atau perwira Anda. Tentukan tujuan jangka pendek (taktis) dan keunggulan bertahap (strategis) saat Anda hendak mengorbankan buah Anda. Tentukan nilai buah Anda, dan putuskan bagian mana dari buah Anda yang paling sedikit akibat buruknya jika dikorbankan.

Langkah kedua, kenali tingkat keahlian Anda bermain catur. Amat lazim bagi pecatur pemula untuk melakukan pertukaran pion, kuda atau patih sebagai bagian penyederhanaan permainan. Sebaiknya Anda tidak tergesa-gesa memutuskan hal ini. Pikirkan lagi. Sebab, sekali Anda kehilangan buah Anda, Anda tak akan dapat lagi memanggilnya ulang terkecuali jika Anda berhasil mempromosikan pion Anda ke kotak akhir, sehingga Anda bisa menukar pion itu dengan perwira melalui jalur promosi.

Langkah ketiga, korbankan buah Anda yang paling lemah jika Anda tak dapat melakukan pertukaran bernilai tinggi dengan segera. Jika Anda mendapat keuntungan permainan saat mengorbankan sebuah pion untuk mendapatkan Ratu lawan, maka lakukanlah. Tarik keluar benteng atau Ratu lawan sesegera mungkin, terkecuali jika manuver itu dapat membuat Anda kehilangan buah yang penting.

Langkah keempat. Jangan ragu melakukan pengorbanan jika hal itu dapat membuat Anda mengirim serangan skak mat ke lawan sebagai imbalan. Salah satu pengorbanan klasik adalah saat patih putih memakan pion di posisi h7 untuk membuat sebuah skak mat ke Raja hitam. (EMC/SM)

Lihat juga:

Kesalahan Membuat Manusia Lebih Baik…

Garry Kasparov: Manusia Catur

Karpov Bicara Keuntungan Bermain Catur

Bila Karl Marx Bermain Catur

****